Menjelang kelahiran..,deritaku
semakin menjadi. Aku tak punya biaya sepeserpun sampai peralatan bayipun belum
ku siapkan. Dengan keadaan ini aku tak menyalahkan sepenuhnya pada suamiku,
karena dia juga membiayai ibu dan kedua adiknya yang menjanda, mereka berkumpul
dengan kami dan semua itu menjadi tanggungan suamiku. Namun aku tak pernah
kehilangan akal untuk menyikapi kebutuhanku meski harus pinjam sana-sini. Lalu
aku meminjam uang dari adik ku karena ku pikir klo seandainya suamiku tak bisa
bayar biarlah aku akan berusaha sendiri.
Dan subhanalloh setelah aku dapat uang itu hanya berselang satu hari aku melahirkan dngan normal. Setelah itu aku pulang ke rumah baru, namun setelah satu minggu aku melahirkan datang lagi cobaan...suamiku kembali terjebak masalah dengan mantan istrinya dan ternyata mereka masih terlibat hubungan asmara karena mungkin mereka terikat akan keberadaan satu anak dari pernikahannya.
Aku tak bisa berkutik ataupun
marah, aku hanya bisa menangis dalam hati. Aku hanya diam tak sepatah katapun yang
timbul dari mulutku walaupun suamiku banyak membela diri degan ketidak adilan
ini ketika kudesak keadilannya. Aku hanya mampu pasrah dan bilang dlm hati
...sudahlah ini sudah takdir ku. Walaupun hatiku sakit.. aku masih saja mampu memaafkannya,
dan kembali hidup bersamanya seperti tidak ada masalah karena aku hanya melihat
demi kebahagiaan anak-anaku.
Hari demi hari kehidupan berjalan...kehidupanku
semakin terpuruk. Meski suamiku tampak berubah namun suamiku tak bisa membuktikan
kalau dia menyayangiku sepenuh hatinya. Setiap kali dia selalu terlibat hutang
lagi dan aku masih membantunya juga dengan cara pinjam meminjam sampai ahirnya hutang
itu melambung besar hingga taka ada upayaku selain berangkat lagi ke Arab...!
Anak yang masih berumur 9 bln
terpaksa ku tinggalkan. Setelah aku di Arab selama 4 bln aku kirmi suamiku uang
untuk membayar hutangnya, namun tak sesuai dengan keinginanku.... dia
melalaikan hutangnya...uang yang kukirim di pakai untuk tujuan lain, yang
ahirnya diketahui ibuku hingga ibuku marah besar dan mengambil anak-anaku dari
tangan suamiku. Pada akhirnya akupun menyerah dan kita bercerai untuk mencoba
hidup masing-masing...dan suamiku beristri lagi !
Aku sudah lelah... aku tak tau siapa yang salah di antara kami, keegoisan telah menghancurkan segalanya. Tak da lagi rasa saling percaya...sehinga timbul pertanyaan dalam hati...,pernahkan kau suamiku menyanyangi aku layaknya istri yang sekaligus kekasihmu...,pernahkah wahai suamiku...kau membahagiakanku...sampai kapan engkau membiarkaku berjalan di jembatan tanpa tiang ini ? Pantaskah hukuman ini menyiksa diri ini ...hai suamiku, bila ada keabadian dihatimu....,maka abadikan cintaku bersama waktu yang terus berjalan.
Aku terdiam ditempatku bekerja...
Dan aku hanya bekerja mengadu
nasib demi masa depan kedua anakku yang aku besarkan dengan senyum...senyum
derita ibu....Senyum Seorang Pahlawan Devisa.
Sepahit apapun hidup ibumu
ini....ibu jamin....kau anak-anaku tak akan mengulang sejarah pahit ibumu ini
Ibumu hanya bisa pesan... “Tidak ada
harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memilik waktu tidak menjadikan
kita kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan.”
Gunakan kesempatan yang telah ibu berikan untuk belajar hingga kamu bisa
menjadi anak yang berguna bagi kedua orang tuamu!
semoga ..,amin !
The End
0 komentar:
Posting Komentar